Category Archives: qoshosh

Ayyaturahman fi jihadil afgan

Berikut ini ana Kutipkan Beberapa Kisah-Kisah Ajaib tentang Pertolongan ALLOH di Bumi Suci Afganistan, yang diambil dari buku “Ayyaturahman fi jihadil afgan” karangan As Syahid Syeikh.Dr Abdullah Azzam rohimahulloh.
Yang mana Kisah-kisah ini dituturkan langsung dari medan pertempuran dan ditulis oleh beliau dengan memperhatikan secara serius jalur periwayatan yang benar dari orang-orang terpercaya yang mengalami langsung kejadian-kejadian ajaib ini (Karomah)….
Sebagaimana yang kita ketahui beliau (As syahid Dr.Abdullah Azzam) tidak menulis isi buku ini melainkan setelah beliau merasa mantap akan kebanrannya.
Bahkan syeikh Abdul Aziz bin Baaz berkata dalam Kata Pengantar buku ini :
“Ini adalah kabar gembira,sebaik-baik kabar gembira yang memberikan berita kemenangan kepada mereka (|Mujahidin), insya Allah!”

Lalu juga Perkataan Dr.Umar Al-asyqar beliau berkata : “Yang Terpenting dari semunya adalah jalur periwayatan yang benar.Apabila riwayat kisah tersebut terdiri dari orang-orang yang jujur ,maka kita wajib menyebarluaskannya, baik Manusia Percaya atau tidak”..

Dilihat dari sisi logika manapun akan merasa heran dan tak percaya bagaimana Para mujahidin yang minim persenjataan ,minim personel dan tak memiliki jet tempur seperti musuh, dapat mengusir penjajah kuffar sebesar Uni Soviet yang ketika itu menjadi salah satu “Super Power Dunia”,dalam perang yang berlangsung secara 10 tahun.
Hanya dengan keberanian para mujahidin serta pertolongan ALLOH lah yang dapat menyebabkan Musuh lari tunggang langgang dengan wajah kehinaan.
Kita berdoa semoga NATO serta Amerika yang sekarang menyerang afganistan, akan mengalami nasib serupa dengan Uni Soviet, Amienn…..

Berikut beberapa kisah ajaib itu :

A.Tembakan dan Serangan “Muncul” DARI BERBAGAI ARAH…

Arsalan menceritakan padaku (maksudnya pada Syeikh Dr.Azzam,penulis buku ini), dia berkata :

“Kami pernah berada di daerah syahturi. Jumlah Kami saat itu 25 Mujahid.Kami diserbu oleh 2000 pasukan Komunis.Setelah kami bertempur selama 4 jam,tentara komunis kalah.70-80 tentara komunis tewas dan 26 tentara tertawan , “Kenapa kalian cepat sekali kalah?”
Mereka menjawab : “Peluru dan senjata mesin Amerika menyerbu kami dari empat arah.”.Arsalan berkata ,”Kami(Mujahidin) tidak mempunyai peluru itu dan tidak pula memiliki senjata mesin. Kami hanya menggunakan garnat lempar dan menyerbu dari satu arah”.

B.Burung Bersama Mujahidin

1. Jalaludin Haqqani -salah satu mujahid terkenal di afganistan- menceritakan padaku :
“Kami bisa mengenali tanda-tanda pesawat-pesawat tempur musuh yang akan menyerang
Kami.
Caranya dengan melihat burung-burung yang terbang di atas kamp kami.Ketika kami melihatnya berputar-putar di atas kamp,Kami mulai mempersiapkan senjata untuk membalas serangan peswat musuh”

2. Al-Hajj Muhammad Jul –Salah satu Mujahid di konar- Menceritakan padaku ,”Saya melihat burung-burung terbang bersama pesawat tempur lebih dari sepuluh kali.Burung-burung itu terbang lebih cepat daripada peswat. Padahal keceptan pesawat tempur yang kita ketahui adalah tiga kali lebih cepat dari kecepatan suara”

C. ULAR tidak mematuk Mujahidin

Umar Hanif bercerita tentang kisahnya :
“Sering sekali ular datang dan tidur bersama mujahidin di kamp mereka sejak empat tahun yang silam.Ular itu tidak mematuk mujahidin”

D.Kalajengking bersama mujahidin

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia. Dan tiada lain ia kecuali peringatan bagi manusia.”
QS Al-Mudatsir (74):31.

Abdushshamad dan mabubullah menceritakan kepadaku :
“Orang-Orang Komunis mendirikan perkemahan di dataran Qunduz.Tiba-tiba mereka diserbu oleh sekelompok kalajengking.Akibatnya 6 tentara mereka disengat dan tewas,sedang yang lainnya melarikan diri.”

E.Doa Mujahidin Dikabulkan

Maulawi Arsalan –Salah satu mujahid yang terkenal di afganistan ,dia adalah mujahid yang ditakuti oleh tentara Rusia, sampai-sampai mereka mengatakan dia adalah orang yang memakai daging manusia –
Sang Mujahid berkata :
“ Suatu Ketika kami hanya memiliki satu granat dan satu senjata anti-tank.Kemudian kami melaksanakan Sholat dan berdoa kepada Allah S.W.T agar Dia menghantamkan granat ini kepada musuh.Saat itu kami berhadapan dengan 200 tank dan kendaraan berat lainnya.Kami melemparkan granat itu dan tepat mengenai sebuah mobil yang mengangkut bahan peledak.Sehingga mobil itu meledak dan menghancurkan 86 tank, beserta mobil panser yang lainnya.Akhirnya musuhpun kalah dan kami mendapat harta ghonimah yang sangat banyak”.Dan saya (syeikh Dr.Azzam) telah bertemu dengan pemuda yang melemparkan garanat itu di Batur.

ALLOH S.W.T berfirman :

“Bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar tatkala kamu melempar, tetapi Allah yang melempar. ”
( Surah al-Anfaal : Ayat 17 )

F. Bom tidak meledak

Jalaludin Haqqani menecritakan padaku ,dia berkata :

“Kami bersama 30 Mujahid menghadapi serbuan bom-bom dari pesawat tempur musuh. Semua bom-bom itu meledak.Namun tatkala ada satu bom yang beratnya kurang lebih 54 Kg meluncur ke hadapan kami, Bom itu tak meledak.Seandainya meledak pasti kami semua terbunuh”

G. Pasukan Berjumlah Kecil Mengalahkan Ribuan tentara Musuh

Haqqani mengkishkan padaku :

“Kami berjumlah 59 mujahid ,diserbu oleh kekuatan yang terdiri dari 220 Tank, Mobil Panser , Peswat Tempur dan didukung oleh 1500 tentara – Jumlkah ini dietahui dari pengakuan musuh yang ditawan –
Akhirnya, dari pertempuran dahsyat itu diperoleh harta ghonimah , 54 tank hancur, 150 tentara komunis tewas, dan 100 orang lainnya luka-luka.Kami mendapatkan harta rampasan senjata anti pesawat,beberapa senjata mesin Jerinov,7 pucuk senjata Klashinkov , satu buah senjata roket 66 mm,280 peluru roket dan 36.000 butir peluru”

H. Jasad Syuhada Yang Tersenyum dan Mengeluarkan Wangi kasturi

1. Maulawi Abdul Karim menceritakan kepadaku ,dia berkata :

“ Saya Melihat sekitar 1200 orang mati syahid.Saya tidak melihat satu pun dari tubuh mereka yang berubah.
Dan saya tak melihat seorang pun dari tubuh mereka yang dimakan oleh gerombolan anjing, pada saat anjing-anjing itu memakan mayat orang-orang komunis”

2. Bau Wangi dari minyak wanggi sebagus apapun mungkin hanya bertahan sampai satu pekan, namun bau wanggi orang syahid masih terasa wanggi lebih dari tiga bulan .
Nashrullah Manshur menceritakan padaku, dia berkata :
“ Saudaraku mati syahid,Setelah tiga bulan ibuku bermimpi bahwa dia berkata,seluruh lukaku sembuh,kecuali luka di kepala.Maka ibuku ingin membuktikannya.Diapun menggali kuburnya –Yang berada dekat dengan kuburan lain –
Setelah lubang kubur itu tampak, dan demikian pula kuburan yang ada disampingnya, Kami melihat ada seekor ular di atas mayat.Lantas ibuku berkata :
“Jangan kamu gali lagi !”. Saya berkata : “Sesungguhnya saudaraku ini mati sayhid,tidak mungkin kita mendapati ada ular.”.
Setelah kami dapat menggalinya,tiba-tiba mayat itu mengeluarkan bau wangi hingga menusuk hidung.Dan hampir saja kami tidak sadarkan diri karena bau wanggi yang amat sangat wangi.Kami mendapatkan luka di bagian kepalanya mengeluarkan darah, lalu ibuku menyentuhnya.Dan karena hal itu,jarinya menjadi wanggi dan selalu wangi hingga tiga bulan kemudian. Sampai sekarang,jarinyapun masih bau wanggi seperti minyak kasturi”

Demikian lah sebagian kisah yang ada di buku “Ayyaturahman fi jihadil afgan”,
Semoga kita yang membaca mendapati kematian seperti para syuhada atau minimal khusnul khotimah dalam meperjuangkan agama ini…
ALLOH HU AKBAR !!!

Sumber:
http://www.millah-ibrahim.com

‘Abdullah ‘Azam

26 November 1989, Dr. Abdullah Azzam dikurniakan syahid setelah berjihad di bumi Palestin dan Afghanistan. 26 November 2007, genaplah 18 tahun pemergian beliau. Peribadi kebanggaan umat. Seorang ulama’ yang memilih untuk hidup sebagai mujahidin, meninggalkan segala kesenangan hidup dan pendapatan yang lumayan. Kisah syahidnya diketahui oleh semua. Beliau akan terus menjadi qudwah kepada mujahidin dan pendakwah sepanjang zaman. Moga Allah menerima ruhnya dan menggantikan kepada umat ini mujahid seumpamanya.

Saya kongsikan di sini beberapa kisah menarik di dalam kehidupan beliau sebelum beliau berjihad di bumi Afghanistan untuk dijadikan renungan dan teladan buat kita.

Permulaan Jihad

Beliau mula mendapat pentarbiahan Ikhwan Muslimin sejak berusia10 tahun. Pernah menziarahi Syeikh Abdul Rahman Khalifah, Muraqib Am Ikhwan Jordan ketika itu. Mula terlibat dengan jihad ketika berusia 26 tahun bermula dari tahun 1967 (tahun penjajahan Palestin keseluruhannya). Berpindah ke Jordan dengan berjalan kaki selama 10 hari setelah keseluruhan Palestin dijajah oleh Yahudi. Meninggalkan isteri yang sarat mengandung dan dua orang anak di sempadan Jordan – Palestin untuk mula aktif di medan jihad. Ketika isterinya melahirkan anak ketiga mereka, beliau berada di medan jihad di Palestin.

Tekanan Di Mesir

Pada tahun 1970 beliau dan keluarga berpindah ke Mesir untuk menyambung pelajaran di peringkat PhD. Berjaya menamatkan PhD di dalam bidang Usul Fiqh di Universiti al-Azhar dalam tempoh yang cukup singkat iaitu setahun lapan bulan. Dikenakan pelbagai tekanan ketika berada di Mesir, di antaranya cubaan untuk memberhentikannya dari al-Azhar dan mengeluarkan beliau dari Mesir. Tekanan-tekanan dikenakan sehingga beliau dan keluarganya terpaksa berpindah di antara 20 buah rumah dalam tempoh tidak sampai dua tahun.

Dakwah di Jordan

Pada tahun 1972 beliau ke Jordan dan bekerja selama lapan tahun di Universiti Jordan. Di situ beliau berjaya menarik ramai pemuda untuk terlibat di dalam jihad di Palestin. Selepas hanya sebulan bekerja di Jordan, beliau berjaya menarik ramai pemuda untuk keluar ke medan jihad di sempadan Jordan – Palestin selama tiga hari, pada minggu terakhir setiap bulan.

Pemecatan Dari Universiti Jordan

Pada tahun 1980 berlaku perselisihan di antara beliau dan Perdana Menteri Jordan ketika itu disebabkan satu karikatur yang disebarkan di dalam sebuah akhbar utama tempatan. Akhbar tersebut menyiarkan satu lukisan yang menggambarkan umat Islam sebagai ajen Amerika Syarikat. Beliau telah menalipon akhbar tersebut dan bercakap dengan pelukis karikatur tersebut. Setelah berlaku perdebatan dan pelukis tersebut menolak untuk meminta maaf, as-Syahid Abdullah Azzam berkata kepadanya: “Jika kamu tidak meminta maaf esok di dalam akhbar itu sendiri, kamu akan melihat akibatnya. Kamu memiliki akhbar dan kami memiliki minbar. Jordan; dari utara ke selatan akan bercakap tentang isu ini. Kami akan memboikot akhbar kamu. Bukalah gudang kamu untuk kamu menyimpan akhbar kamu.”

Pelukis tersebut yang merupakan adik ipar Perdana Menteri telah menghubungi Perdana Menteri. As-Syahid Abdullah Azzam telah dipaksa agar meminta maaf tetapi beliau enggan. Satu dakwaan dikenakan ke atas beliau tetapi beliau berjaya di dalam kes tersebut. Tidak sampai sebulan dari peristiwa tersebut beliau telah dipecat dari jawatannya sebagai pensyarah.

Selepas peristiwa tersebut mereka telah berpindah ke Arab Saudi dan as-Syahid bekerja sebagai pensyarah di sana. Tetapi ianya hanya untuk sembilan bulan sahaja.

Konspirasi di Saudi

Ketika mula-mula beliau sampai di Saudi, beliau mula terdengar tentang berita jihad di Afghanistan. Di situ beliau mula memikirkan bagaimana caranya untuk ke Afghanistan dan membatalkan kontrak lima tahun perkhidmatan dengan universiti. Isterinya menceritakan betapa gelisahnya as-Syahid ketika itu: “Saya merasakan bahawa pada setiap kali beliau masuk tidur, beliau seolah-olah tidur di atas bara api. Berpindah menggolekkan badannya dari satu tempat ke tempat yang lain sambil merintih-rintih meminta Allah memberikan jalan keluar.”

Kerajaan Saudi pada masa itu mula merasakan bahaya kewujudan Abdullah Azzam di bumi Saudi. Mereka mengeluarkan satu iklan tawaran untuk pensyarah yang berminat untuk dipinjamkan ke Pakistan dalam program pertukaran pensyarah. Abdullah Azzam mendaftarkan diri untuk perpindahan tersebut. Rupa-rupanya selepas beliau mendaftarkan dirinya, iklan tersebut ditutup dan beliau adalah calon tunggal yang mendaftarkan diri. Iklan tersebut rupanya dibuat khusus untuk mengeluarkan beliau dari Saudi.

Tiga Pilihan Buat Isteri

Isteri beliau menceritakan tentang nekad Abdullah Azzam untuk berjihad di Afghanistan:

Azzam kembali ke rumah dan berkata kepadaku: “Kemas pakaian kamu ke dalam beg. Saya tidak tahu ke mana kita akan pergi. Saya juga tidak mahu menyebut ke mana kita akan pergi.”

Kemudian beliau lebih membingungkan saya apabila beliau berkata kepada saya: “Saya akan berpindah dan kamu mempunyai tiga pilihan. Saya tidak mahu mendengar pilihan kamu sekarang. Fikirkan selama seminggu. Jika kamu ingin duduk di rumah ini di Saudi, kamu boleh lakukannya. Ini adalah rumah untuk seorang profesor universiti. Rumah seumpama istana dan perabotnya semua buatan Eropah. Kamu akan mendapat kereta buatan Amerika dengan pemandunya sekali. Yuran pengajian anak-anak semua ditanggung oleh universiti. Gaji saya semuanya adalah untuk kamu. Atau (pilihan kedua) kamu juga boleh kembali ke Jordan. Kamu akan tetap mendapat rumah dan kenderaan serta hidup di tengah-tengah keluarga, rakan-rakan dan kesayanganmu. Atau (pilihan ketiga) kamu ikut saya dan bersedia untuk menghadapi apa juga suasana yang akan menimpa. Saya tidak bertanggungjawab atas apa pilihanmu. Fikirkan dan mintalah pandangan orang lain. Moga-moga Tuhan akan mengurniakan kamu keteguhan dan kematangan.”

Kemudian beliau membawa saya ke rumah yang disediakan oleh pihak universiti. Saya tidak pernah melihat rumah itu sebelum ini kerana sejak tiba ke Saudi, saya lebih suka tinggal di rumah yang berhampiran dengan Masjidil Haram.

Saya tidak sabar untuk menunggu seminggu. Saya cuma mampu bertahan sehari sahaja. Selepas itu saya berkata kepadanya: “Kenapa kamu memberikan saya tiga pilihan? Kamu lari dari tanggungjawab. Saya mempunyai anak-anak yang perlukan bapa. Apa yang mampu dilakukan oleh rumah yang besar dan saudara mara? Kamu meninggalkan saya dengan bebanan 7 orang anak; empat lelaki dan tiga perempuan. Bagaimana saya mampu menanggung semua ini bersendirian? Saya tidak mahu tinggal di sini atau di Jordan. Jika kamu tergantung di udara sekali pun, kami akan tetap bersama kamu.”

Abdullah Azzam bertakbir kegembiraan lalu berkata: “Demi Allah, kamu memilih apa yang saya pilih. Itu lebih menggembirakan saya dari pilihan-pilihan yang lain.

Kisah Rezeki di Pakistan

Tiba di Pakistan, Abdullah Azzam meminta agar pihak pengurusan universiti menghimpunkan kelasnya pada dua hari sahaja seminggu. Dia akan berada di Pakistan selama dua hari dan berada di medan jihad di Afghanistan selama lima hari. Ini berterusan selama tiga tahun.

Ada cubaan untuk mengembalikannya ke Saudi setelah mereka mendapati bahawa beliau lebih merbahaya jika berada di Pakistan daripada di Saudi. Ketika beliau ingin memperbaharui visanya, urusan tersebut tidak berjaya dilakukan. Alasan yang diberikan adalah kerana dia diperlukan di Saudi dan tidak lagi di Pakistan. Sebenarnya setiap kali beliau memperbaharui visa, beliau akan membawa di dalam poketnya surat perletakan jawatan dan menjangkakan bahawa perkara tersebut akan berlaku. Beliau terus mengemukakan surat perletakan jawatan tersebut dan memilih untuk hidup sebagai mujahid di bumi Afghanistan.

Tidak lama selepas itu, Rabitoh Alam Islami yang mendengar berita perletakan jawatannya itu menawarkan kepada beliau kerja di Rabitah Alam Islami dengan separuh dari gaji beliau di universiti. Demikianlah benar apa yang dijanjikan Allah: “Di langit itu rezeki kamu dan apa yang dijanjikan untuk kamu.” (Az-Zariyat: 22)

Isteri beliau menceritakan: “Kami berpindah ke rumah seluas 2.5 x 3 meter. Di situlah dapur. Di situlah ruang tamu. Di situlah bilik tidur. Bahkan kami mandi di situ juga.”

Beliau menceritakan lagi: “Apabila waktu tidur, saya akan membariskan anak-anak saya dan saya tidur dihujung kaki mereka. Apabila masuk waktu Subuh, tidak ada ruang untuk solat Subuh. Saya mengambil wudhu’ di situ dan solat di situ.”

Tentang pendidikan anak-anak beliau berkata: “Anak-anak saya sudah besar. Mereka perlu kepada sekolah Arab. Di sana tidak ada sekolah Arab kecuali sekolah Libya yang bercampur di antara lelaki dan perempuan. Saya tidak dapat mencarikan sekolah yang sesuai untuk anak-anak perempuan saya sedangkan mereka sudah sepatutnya masuk sekolah menengah. Anak-anak lelaki masih di sekolah rendah, jadi saya hantar mereka ke sekolah Libya. Manakala anak-anak perempuan belajar di rumah. Saya meminta pertolongan beberapa orang guru perempuan untuk mengajar mereka. Saya mendaftarkan anak-anak perempuan saya di Kedutaan Mesir dan mengambil peperiksaan di sana. Mereka mendapat sijil mereka dari Kedutaan Mesir.”

osama bin ladin

“Usamah mendatangi salah satu saudara perempuannya dan menyodorkan fatwa Syekh Ibnu Taimiyyah tentang kewajiban untuk pergi berjihad, kemudian dengan segera saudara perempuannya mengambil buku ceknya dan memberinya sebuah cek yang bernilai 8 juta riyal (2.5 juta dolar). Orang-orang berkata kepadanya : “Apa kamu sudah gila? 8 juta riyal dalam sekali sumbangan?”. Banyak dari kaum muslimah yang berusaha merayunya untuk tidak melakukannya; dan banyak kaum muslimin yang berusaha mengecilkan hati suami saudara perempuan Usamah dan mereka berkata kepada saudara perempuannya ini : “Kamu hidup dalam rumah sewaan: untuk membangun sebuah rumah untukmu hanya membutuhkan biaya satu juta riyal (275 ribu dolar), lalu kenapa Kamu tidak menggunakan satu juta riyal dari sumbanganmu untuk membangun rumah sendiri? Setelah itu, dia pergi menuju saudara laki-lakinya, Usamah, dan berkonsultasi dengannya tentang satu juta riyal untuk membangun sebuah rumah baginya. Lalu Usamah pun berkata : “Demi Allah, bahkan tidak satu riyal pun! Kamu hidup dalam sebuah rumah yang luas ketika orang-orang meregang nyawa, bahkan tak mampu untuk menemukan sebuah tenda untuk bertempat tinggal”.

“Ketika dia duduk denganmu, kamu akan merasakan bahwa dia adalah seorang pembantu diantara para pembantu rumah, dengan sopan santun dan kedewasaannya. Demi Allah, kami melihatnya seperti itu. Saya pernah berkata kepada Syekh Sayyaf sekali, “Jagalah lelaki ini agar selalu bersamamu dan laranglah dia untuk memasuki peperangan”. Mengingat dia, di lain sisi, selalu nekat untuk pergi dan menghadapi musuh secara langsung”.

“Percayalah kepadaku, kapanpun dia datang ke rumahku di Peshawar dan Aku perlu untuk melakukan telpon, dia akan pergi dan mengambilkan telpon untukku dan menaruhnya di depanku, agar aku tidak beralih dari posisiku. Sopan santun, kesederhanaan, kedewasaan : semoga Allah menjaganya”.

“Petama kali dia mengundangku untuk datang ke rumahnya adalah di bulan Romadhon. Pada saat maghrib, dia membawa sebuah piring yang dipenuhi nasi dengan sedikit tulang dalam lapisan daging, dan dua atau tiga kebab”.

“Sayyid Dhiya’, (seorang komandan Afganistan di Aliansi Utara, kemenakan Sayyaf dan salah seorang yang memerangi Mujahidin pada saat perang salib di Afganistan yang bermula tahun 2001), memberitahu kepada seorang jurnalis koran Prancis, Le Monde, “Kami tahu Usamah adalah seorang yang kaya, tapi Dia terbiasa hidup diantara kami dalam kehidupan yang sederhana dan tidak berkecukupan. Dia dikepung oleh orang-orang Rusia dalam dua peristiwa : satu diantara dua peristiwa itu terjadi dalam peperangan yang berakhir selama 24 hari, dan inilah peperangan paling lama yang pernah aku ikuti dalam seluruh hidupku. Usamah dikepung selama 7 hari, di puncak gunung, dia bersama dengan 100 pasukannya. Mereka digempur dengan senjata berat secara terus menerus dari arah tentara Rusia, maka Usamah memberi perintah untuk mencegat jalan darat yang terbuka untuk memotong rute suply pasukan Rusia, dan kemudian menyerang pasukan Rusia pada hari ke-7, dan menjadi pemenang dalam pertempuran itu. Usamah dan orang-orang Arab sangat berani, sungguh – dan semenjak pertempuran itu Aku tak pernah melihat sebuah pertempuran yang seganas pertempuran saat itu. Jujur saja, kami saat itu sangat ketakutan dengan serangan yang terus menerus ditujukan kepada kami, dan kami terus menanti di dalam parit perlindungan kami agar pasukan Rusia mendekati kami sehingga kami bisa menembak mereka. Orang-orang Arab, di satu sisi, pada saat pertempuran tersebut, mereka melompat dari parit perlindungan dan menghadapi musuh secara langsung: mereka sangat bersemangat untuk memerangi musuh tangan ke tangan, sedangkan tak seorang Afgan pun yang disiapkan untuk melakukan hal itu”.

urutan khilafah islamiyah

Ada begitu banyak analisa para pemikir dan pengamat tentang sebab-sebab jatuhnya khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924. Baik yang bersifat lebih teknis maupun sebab-sebab yang bersifat lebih umum.

Sebab-sebab secara teknis kita serahkan kepada para ahli sejarah, terutama sejarah Turki sendiri. Sedangkan yang akan kita bahas di sini adalah sebab-sebab secara umumnya saja.

A. Sebab Ekternal

Sudah kita ketahui bersama bahwa Khilafah Turki Utsmani kalah pada perang dunia pertama. Sebagai negara yang kalah perang, maka negeri itu dengan mudah ditindas, dirampok dan juga diperebutkan wilyahnya oleh para pemangsa dan lawan-lawannya.

Sampai terjadi penghinaan yang begitu besar, di mana bangsa Turki yang secara geografis memang penduduk Eropa dilecehkan dengan ungkapan “The Sickman in Europe.” Bahkan kata “turkey” dalam ungkapan mereka merupakan pelecehan, yang artinya ayam kalkun.

Pahlawan dan tokoh muslim Turki pu tidak luput dari penghinaan. Salah satunya adalah Barbarossa si Janggut Merah. Di dalam cerita Asterik, tokoh Barbarosssa muncul sebagai bajak laut yang bodoh. Padahal beliau adalah pahlawan Islam di masanya dan pelaut kafir Eropa sangat takut dengan angkatan perangnya.

B. Sebab Internal

Penjajahan barat terhadap Turki semakin menusuk tatkala mereka berhasil meraih generasi muda Turki dengan pendidikan ala barat. Tentu saja semua itu untuk mendapatkan satu tujuan, yaitu sekulerisasi selapis generasi. Maka lahirlah kemudian generasi baru yang anti Islam, Islamo-phobia, sekuler, liberal dan berotak barat.

Mereka inilah yang kemudian didukung oleh Eropa untuk menumbangkan lembaga khilafah Islamiyah. Tercatat tokohnya adalah Mustafa Kemal Ataturk yang terlaknat. Sosok ini telah berhasil menumbangkan khilafah pada tahun 1924 lewat gerakan Turki Muda.

Sayangnya, hujaman belati mematikan ini justru masuk ke dalam pelajaran sejarah di negeri kita sebagai kebangkitan, bukan sebagai kejahatan. Rupanya, jaring-jaring kerja bangsa-bangsa kafir itu sedemikian luas, sehingga sosok Kemal Ataturk yang zhalim itu, justru muncul dalam buku sejarah kita sebagai pahlawan.

Padahal Kemal telah melakukan dosa yang bahkan Iblis pun tidak pernah melakukannya. Yaitu menumbangkan satu rangkaian khilafah Islamiyah yang terakhir. Padahal belum pernah sebelumnya umat Islam di dunia hidup tanpa naungan khilafah.

Sebab khilafah sudah ada sejak zaman Rasululullah SAW hidup, yakni sejak 15 abad yang lalu. Selama itu, umat Islam belum pernah hidup tanpa ada khilafah. Iblis dan para jin tidak pernah mampu menumbangkannya. Tiba-tiba seorang sekuleris yang nota bene agamanya masih Islam, malah menumbangkannya. Walhasil, sejak jatuhnya khilafah Turki, umat Islam masuk dalam bid’ah kubro. Sebuah bid’ah teramat besar yang melebihi semua jenis bid’ah yang pernah ada. Dan tentunya sangat dibenci dan dimurkai. Sebuah bid’ah berupa umat Islam hidup tanpa naungan khilafah.

Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam

Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar ra sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi kita itu selain sebagi nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.

Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.

1. Khilafah Rasyidah

Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:

Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)

Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)

‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)

Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan

Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)

Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.

2. Khilafah Bani Umayyah

Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)

Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)

Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)

Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)

Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)

Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)

Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)

Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)

Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)

Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)

Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)

Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)

Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.

3. Khilfah Bani Abbasiyah

Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah.

Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)

Abu Ja’far al-Manshur (tahun 137-159 H/754-775 M)

Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)

Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)

Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786- 9 M)

Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)

Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)

Al-Mu’tashim Billah (tahun 618-228 H/833-842M)

Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)

Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)

Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)

Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)

Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)

Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)

Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)

Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)

Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)

Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)

Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)

Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)

Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)

Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)

Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)

Al-Tha`i’ Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)

Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)

Al-Qa`im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

Al-Mu’tadi Bi Amrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)

Al-Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)

Al-Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)

Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)

Al-Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160 M)

Al-Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)

Al-Mustadli`u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)

Al-Naashir Lidinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)

Al-Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)

Al-Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)

Al-Musta’shim Billah (tahun 640-656 H/1242-1258 M)

Al-Mustanshir Billah II (tahun 660-661 H/1261-1262 M)

Al-Haakim Biamrillah I (tahun 661-701 H/1262-1302 M)

Al-Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)

Al-Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1343 M)

Al-Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)

Al-Mu’tadlid Billah I (753-763 H/1354-1364 M)

Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I (th. 763-785 H/1364-1386 M)

Al-Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)

Al-Musta’shim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)

Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II (th. 791- 8 H/1392-1409 M)

Al-Musta’in Billah (tahun 8-815 H/1409-1416 M)

Al-Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416- 1446 M)

Al-Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)

Al-Qa`im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)

Al-Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)

Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III (th 884-893 H/1485-1494 M)

Al-Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)

Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah IV (th 914-918 H/1515-1517 M)

Khilafah Bani Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar (Mongol), sehingga umat Islam sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa adanya khalifah. Namun kurun waktnya hanya terpaut 3 tahun setengah saja dan segera berdiri khilafah Utsmaniyah.

4. Khilafah Bani Utsmaniyyah

Khilafah Bani Utsmaniyyah tercatat memiliki30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:

Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)

Sulaiman al-Qanuni (tahun 926-974 H/1520-1566 M)

Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)

Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)

Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)

Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)

Mushthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)

‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)

Mushthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)

Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)

Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)

Muhammad IV (tahun 1058-1099 H/1648-1687 M)

Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691 M)

Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)

Mushthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)

Ahmad III (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)

Mahmud I (tahun 1143-1168 H/1730-1754 M)

Utsman III (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)

Musthafa III (tahun 1171-1187 H/1757-1774 M)

Abdul Hamid I (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)

Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)

Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)

Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)

Abdul Majid I (tahun 1255 H-1277 H/1839-1861 M)

‘Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)

Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)

‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)

Muhammad Risyad V (tahun 1328-1338 H/1909-1918 M)

Muhammad Wahiddin (II) (th. 1338-1340 H/1918-1922 M)

‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M).

Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama (2006-1924= 82 tahun) tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan.

Kepastian Kembalinya Khilafah

Lepas dari realitas di lapangan yang kurang menggembirakan, di mana umat Islam saat in menjadi budak barat, kekayaan alam mereka dijarah, ekonomi mereka terpuruk, nilai mata uang mereka sangat rendah, hutang luar negeri merekabertumpuk tak terbayar, pemuda mereka dirusak, wanita mereka menjadi hamba syahwat, bahkan masih ditambah lagi dengan rombongan Islam liberal dan sebagainya, namunmasih ada harapan.

Kita masih menemukan satu hadits dari Rasulullah SAW yang cukup melegakan, yaitu kabar gembira dari beliau bahwa suatu saat, khilafah ini akan kembali terbentuk, bahkan dengan kualitasnya yang rasyidah itu.

Sabda Rasulullah saw, “Kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi”.

Namun tentunya khilafah ini tidak akan terbentuk begitu saja, bila hanya dengan doa dan diam saja. Atau hanya dengan bicara dan demonstrasi saja. Setiap umat Islam meski bersinergi untuk saling menguatkan dan saling menyokong semua upaya untuk kembali kepada khilafah Islamiyah.

Sebab setiap elemen umat punya potensi yang mungkin tidak dimiliki oleh saudaranya. Maka seruan untuk kembali kepada khilafah seharusnya bukan sekedar lips service, namun harus diiringi dengan kerja nyata, pembinaan dan pengkaderan 1,5 milyar umat, pendirian lembaga pendidikan dan sekian banyak pos-pos penting umat. Lantas diiringi juga dengan kebesaran hati, keterbukaan sikap serta jiwa kepemimpinan dunia Islam yang mumpuni.

Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat menyaksikan beridirnya khilafah Islamiyah semasa kita hidup. Sungguh sebuah kepuasan yang dimpikan oleh dunia Islam selama ini. Amien.